Rindu Rintikan Hujan (Ayah)
Aku duduk di balkon depan
pintu kamar. Tertawa geli meihat anak-anak kecil yang kakinya tak beralas.
Berlari, berkejaran, saling melempar air.
Tak hanya air, lumpur pun
ikut mereka lempar. Hingga satu diantara mereka menangis, lalu saling
menyalahkan.
Langit memerah. Adzan Maghrib
berkumandang. Persatu mereka pun menghilang.
Aku mengalihkan pandang dari
senja. Gelas berisi teh sudah kehilangan kepulan asapnya. Tapi ujung jariku
masih bisa merasakan hangatnya. Hangat itu menyusup hingga jantungku.
Aku teringat masa
kecilku.
Saat hujan menjelang Magrib
seperti sekarang ini, Ayahku selalu menjemput dengan payung ketika aku mengaji
di Masjid.
Aku juga pernah pulang dengan
menangis. Telingaku dijewer Ayah karena bermain sampai Maghrib dan tidak pergi
mengaji.
Langit memerah. Adzan Maghrib
berkumandang. Mataku memanas. Sesak di dadaku mengganas.
Ayah..
Aku Rindu!